Ketika langit bersabda,
Bumi menjadi saksi kita berdua:
Sebelum perjalanan, ku menunggumu dengan sedikit teh tawar,
Yang secara gradual memicu urat saraf yang melonggar,
Hingga mengendur dan terhentak kembali sampai terputus,
Tatapan mataku kini menyempit serta,
Sekarang yang kita butuhkan nira kelapa yang manis,
Sementara kepahitan melanda perjalanan kita ke bulan,
Di awali dengan kayuhan sepeda bergerigi,
Kita melihat beberapa tanaman yang muram terkena matahari,
Serta bertegur sapa kepada awan bergerak pergi,
Perjalanan di akhir lebih dengan cerita dahsyat,
Kita melihat matahari mulai meredup,
Dan bumi terlihat bungkuk berat mengangkut bulan.
Yogyakarta, 5 april 2011
01:50 am
Comments
Post a Comment