Sinopsis
Penguasa lalat, sebuah novel karangan William Golding, pemenang nobel sastra 1983. Menceritakan anak-anak korban perang yang terdampar di sebuah pulau. Pulau kecil yang tidak berpenghuni. Di dalam pulau itu mereka membentuk kelompok, di ketuai oleh Ralph anak paling besar diantara kawanan. Lalu Jack menjadi orang kedua di dalam kelompok tersebut, dia sebagai pemburu. Lalu ada Piggy, seorang anak bertubuh gemuk dan berkaca mata, teman terdekat Ralph.
Anak-anak ini yakin bahwa mereka akan diselamatkan oleh para orang dewasa pada sauatu hari nanti. Namun, untuk bisa diselamatkan, mereka harus membuat tanda. Ralph dan teman-teman memiliki ide membuat api di puncak gunung. Dan untuk bertahan hidup mereka berburu, kelompok berburu di ketuai oleh Jack. Permasalahan berikutnya, mereka tidak punya tempat tinggal. Kemudian mereka memutuskan untuk membuat tempat tinggal bersama-sama, dari sinilah awal konflik bermula. Jack tidak membantu membuat tempat tinggal, dia juga tidak mendapatkan buruan, selain itu karena dia mengajak semua anak-anak berburu sehingga tidak ada yang menjaga api, padahal saat itu ada kapal yang lewat. Rupanya api di gunung mati, sehingga kapal yang lewat tersebut tidak menepi ke pulau untuk menyelamatkan mereka. Ralph sangat marah pada Jack. Perpecahanpun bermula.
Anak-anak itu juga sering melihat sesuatu yang buas. Mereka tidak berani memastikan hal itu apa. Hanya saja mereka berkeyakinan bahwa makhluk yang menduduki perapian di gunung yang sudah mereka buat adalah makhluk buas, bergigi dan besar.
Dari permasalahan makhluk buas itulah, perpecahan yang terjadi membuat mereka menjadi dua kubu. Satu disebut anak liar dan satu masih dalam kelompok Ralph. perburuan terhadap makhluk buas membuat Simon mati-terbunuh- karena kesalahpahaman. Dan Jack menjadi anak liar yang sungguh-sungguh liar.
Simbolisme
Ciri khas William Golding dalam berkarya ialah penggunaan Simbolisme di dalam karya-karyanya, kata E.L. EPSTEIN. Dapat dilihat dari judulnya, Penguasa Lalat, di dalam bukunya diceritakan Penguasa lalat adalah kepala babi yang dipenggal oleh Jack si pemburu bersama teman-temannya. Kepala babi yang dipenggal itu digantung dengan menggunakan sebuah tongkat. Bangkai itu kemudian membusuk dan dihinggapi lalat-lalat. Dia tersedia untuk kebusukan, kehancuran, kemerosotan moral, hysteria dan panic. Bisa disangkut pautkan dengan kedaan konflik di dalam cerita ketika itu yang terjadi pada sekelompok anak-anak itu mengalami perpecahan karena isu adanya makhluk buas yang mengerikan. Perpecahan akhirnya membentuk dua kubu, yakni kubu Jack dan kubu Ralph. Kubu jack, adalah kubu dimana anak-anak senang berburu, sedangkan kubu Ralph lebih memikirkan penyelematan untuk mereka-untuk menandai keinginan mereka untuk segera bisa diselamatkan mereka membuat api.
Sebenarnya dua kubu tersebut saling membutuhkan, namun egoism Jack dan Ralph untuk menjadi pemimpin membuat mereka tetap ebrsikeras denagn pendapat masing-masing. Pertentangan dasar dan tersembunyi itu menjadi tema dasar dari buku ini. Saya rasa pertentangan perebutan kekuasaan anak-anak dalam buku ini sama saja dengan pertentangan perebutan kekuasaan yang terjadi pada orang dewasa di dunia nyata. Apalagi latar belakang permasalahan Ralph dan Jack bisa menjadi demikian karena mereka adalah anak-anak korban perang yang terjadi antar orang dewasa. Mereka, anak-anak yang mencoba bertahan hidup di suatu pulau.
Ralph adalah wakil peradaban dengan parlemennya (majelis bentukan Ralph) dan kepercayaan pemikirannya terletak pada sahabatnya, Piggy, si anak gemuk berkacamata sebagai simbol inteletual, meskipun kadang justru tidak di diperhatikan gagasan-gagasannya. Peristiwa kacamata pecah halaman 101-102, merupakan simbolisasi akal sehat yang yang sudah tidak mendominasi lagi dalam pemikiran rasional. Nafsu amarah menguasai tokoh yang saling bertentangan, yakni Ralph dan Jack.
Jack, sebagai seorang tokoh yang emnjadi simbol keliaran diantara kelompok, dengan arogansinya, tentunya Jack adalah pertentangan yang terjadi pada masyarakat modern saat ini. Bertindak mealwan aturan yang sudah ditetapkan dengan mengabaikan pemikiran rasional.
Puncak pertentangan Jack dan Ralph berada pemburuan babi. Jack, meruncingkan bambu di kedua ujungnya. Kepala babi yang dipenggal di tancapkan disalah satu ujungnya, lalu ujung yang lainnya lagi di tancapkan ke bumi. Jack melakukannya sebagai hadiah kepada makhluk buas yang entah keberadaannya dimana. Ketakutan irasional yang terjadi pada keduanya menyebabkan mereka membayangkan hal-hal menegerikan yang sebenarnya tidak ada. Emosi-emosi yang muncul karena kengerian, karena sensai yang muncul dari pembunuhan dan kematian (kematian simon pada Bab 9, Gambaran kematian) membuat keseluruhan cerita membentuk parodi mengerikan.
Lalu, sebelum Simon mati karena kengerian dan emosi irasional yang dibuat oleh anak-anak sendiri, Simon salah satu dari anak-anak itu melakukan “dialog” dengan kepala babi yang ditancapkan tersebut diatas. Kepala babi atau penguasa lalat itu seolah-olah berbicara dengan Simon. Disini nuansa mistik itu terbangun, sebagai embrio dari kehampaan seluruh penghuni pulau, tidak lain adalah anak-anak itu sendiri. Kelapa itu nampaknya mengatakan, apda persepsi puncak simon saat berdialog dengan kepala itu, bahwa “ semuanya hal yang buruk… mata setengah tertutup suram karena sinisme tidak terbatas kehidupan orang dewasa.” Simon berusaha mencerna pesan dari dialog yang ia terima, tentang kejahatan dan sifat dasar dangkal system moral manusia. Kesadaran akan kepolosan, adalah alasan Ralph menangis di akhir cerita. Dia menangisi akhir ketakberdosaan, kegelapan hati menusia dan kejatuhan nuansa kebenaran dari teman yang bijak, Piggy (gagasan-gagasan baik yang sering diabaikan).
Hal bodoh yang selalu menganggap bahwa si buas ada dan pertengkaran-pertengkaran yang terjadi, secara keseluruhan cerita mengundang tawa ironis. Pada tutup buku, seorang perwira berkaca dari wajah anak-anak yang lelah. Dia merasa malu menyadari kemerosotan moral yang terjadi.
William Golding, menyajikan sifat dasar manusia secara memesona. Penguasa lalat, hanyalah garis besar filosofi yang diuraikan. Tentang anak-anak lelaki penghuni pulau adalah sebuah perumpamaan kehidupan masyarakat.
Comments
Post a Comment