Skip to main content

Parasite dan garis sosial


Tahun Ini Oscar sudah mengumumkan pemenang penghargaan dari berbagai kategori. Yang menarik disini ada salah satu film dari Korea yang menjadi pemenang kategori Best Picture. Parasite karya Bong Jon Ho mendapatkan 4 piala sekaligus! Best Motion Picture of the Year, Best Achievement in Directing, Best Original Screenplay, dan Best International Feature Film. Sebegitu bagusnya Parasite hingga ia menjadi film asia pertama yang bisa menjadi pemenang piala Oscar, salah satu penghargaan terbaik di dunia perfilman.
Parasite adalah film arahan sutradara Boong Jon Ho dari korea yang bertemakan drama komedi thriller. Sutradara ini sudah punya banyak film berkelas dan memiliki beberapa penghargaan di beberapa festival film international. kita bisa liat Memories of murder, Okja (2017), Snowpricer (2013) , The Host (2006) atau Mother (2009) semuanya adalah film bagus menurut saya.  Semua film-filmnya punya pesan yg memang menjadi isu di korea, persoalan ketidak adilan, isu sosial, isu lingkungan hingga isu politik menjadi warna dalam film-film karya Boong Jon-Ho. Entah, Bong Joon Ho seorang seniman yang berkarya lewat film dengan mengamati keadaan sosial di korea dan Parasite menjadi film yang menurut saya brilian dalam mengemas isu sosial yg terjadi. 

Parasite berceritakan mengenai keluarga miskin, yang di kepalai oleh Kim, di perankan oleh aktor kawakan korea Kang-Ho Song. Saking miskinnya ia menerima segala pekerjaan termasuk melipat karton pizza, dan itu pun dilakukan tidak becus sampai kliennya merasa tidak puas. Sampai suatu ketika anaknya yang bernama Ki-woo mendapat tawaran yang cukup baik, yakni menjadi guru les private bahasa inggris untuk anak dari keluarga Park yang kaya raya. 

Dari sini semua film berjalan begitu baik, walau rumit tapi alur cerita tersaji dengan baik. lewat Ki-woo, anggota keluarganya satu persatu masuk dalam lingkungan rumah tuan Park. Lewat trik yang luar biasa unik, Kim memplot tiap anggota keluarga punya peran masing-masing untuk bekerja di keluarga Park. Kim masuk sebagai supir pribadi, anak perempuannya Ki-Jeong bekerja sebagai guru seni untuk putra bontot mister Park. Lalu dengan manipulasi jahat dan trik yang begitu apik dari keluarga kim, istri dari kim yang bernama Chung Sook berhasil menjadi pembantu baru keluarga Park. komplit sudah keluarga kim ikut bekerja secara keseluruhan dengan peran masing masing di keluarga Park tanpa tahu bahwa mereka semua adalah satu keluarga. 

Sang sutradara mengemas film ini begitu baik dan jenius. Plot terbaik yang pernah saya lihat, mungkin banyak film dengan plot rapih. tapi dengan hanya set latar rumah besar keluarga Park dan pemukiman kumuh keluarga kim, rasanya ini yg terbaik di tahun 2019. Cerita njelimet, di dukung dengan peran masing-masing aktor begitu bagus dalam film ini. bahkan istri Mr Park dan putra bontotnya punya peranan bagus dalam cerita di film ini. 

Arahan Sutradara membuat penonton perspektif penonton naik-turun. Sepanjang film banyak jokes-jokes yang bagus di percakapannya. Lalu bisa berubah menjadi misteri, sedih, hingga merasa jengkel. Film ini membawa efek Rollercoaster, tertawa dalam ketakutan.

Isu sosial yang dibawa Boong Jon Ho juga tersampaikan dengan baik kepada penonton. Set rumah keluarga kaya raya, berbanding terbalik dengan rumah Kim di pemukiman kumuh yang bisa melihat berbagai peristiwa di jalan raya. Rumahnya termasuk ada di bawah tanah yang ketika hujan deras yang pertama kebanjiran adalah pasti rumah tersebut.



Secara sadar saya melihat garis (line) sosial yang tegas di beberapa adegan yang memisahkan antara potret dan Pribadi Park dengan Keluarga Kim. Ini salah satu pesan Genius Bong Jon hoo. Ada garis antara kelas sosial, kaya-miskin, pekerja-pengusaha, Guru-Murid, Supir dan Employer, tuan-pembantu, tuan rumah dan tamu. Garis ini tebal tapi tak terlihat. Nyata ada tapi terabaikan. Tercipta secara otomatis, dan disadari! Cara yang luar biasa untuk menggambarkan isu sosial yang ada di Korea, atau bahkan Dunia.  

Parasite membuktikan bahwa banyak film bagus di dunia ini. Tidak melulu soal Hollywood dan Bahasa Inggris. Saat memenangkan Oscar Bong Jon Hoo memberikan jokes soal kendala penikmat film dunia yang malas menonton akan film asing. “Once you overcome the one-inch tall barrier of subtitles, you will be introduced to so many more amazing films”. Ya memang persepektif penerjemah bahasa menjadi problem di dunia seni. Karena kadang terjemahan bisa saja salah dengan maksud sutradara. Tapi diluar semua kendala itu, industri film pasti akan berkembang dengan munculnya Parasite di Oscar.  Tinggal kita sebagai penonton apakah hanya sekedar menikmati film? Atau juga membawa pesan-kesan kedalam kehidupan kita. 



Comments

Popular posts from this blog

Once Upon a Time In America : Hembusan Kenangan Kelam Mafia

Walau saya baru tahu bahwa film ini sebenarnya berdurasi 269 menit (4 jam 29 menit), itu tak mengendurkan saya untuk mengagumi film ini.  Masih beruntung saya mendapatkan film dengan durasi 229 menit (3 Jam 49 menit),  karena ada yang lebih mengerikan jika dikaitkan sejarah editing film ini. Film Once Upon Time in America yang rilis di amerika pada tanggal 1 Juni 1984 hanya menyisakan durasi film 139 menit! Bisa di bayangkan betapa sakitnya sang sutradara Sergio Leone ketika melihat filmnya sendiri. Once Upon Time in America adalah film yang dapat membuat penonton mengkerutkan dahi mereka. Pasalnya banyak scene cukup membuat bingung, mungkin pengaruh proses cutting, atau saya yang kurang mengerti isi cerita film ini. Alur film non-kronologis (1920-1960), serta cerita lebih banyak di gambarkan dengan kilas balik. Film ini menceritakan kisah hidup Noodles (Scot Tiller-Robert De Niro) anak jalanan di Kawasan Manhattan yang berjuang bertahan hidup dengan jalan menjadi mafia. N

Sekilas Tentang Defamiliarisasi

Dengan meminjam konsep tentang seni dehabitualisasi, Suminto A Sayuti menegaskan kembali tentang fungsi seni. Fungsi seni adalah untuk men-dehabitulize persepsi kita, yakni untuk membuat objek tertentu hidup kembali (Suminto, 2008). Defamilairisasi adalah konsep dimana sastra merupakan bentuk pengecualian kepada kata-kata yang biasa pada umumnya. Defamiliarisasi merupakan lawan dari keakraban, berarti hal-hal yang asing. Bahasa pada sastra juga merupakan hasil kontruksi defamiliarisasi dari pengarangnya. Pada awalnya konsep defamiliarisasi digunakan oleh kaum formalis untuk mempertentangkan karya sastra dengan kehidupan atau kenyataan sehari-hari. Kecenderungan tersebut awalnya hanya digunakan dalam puisi saja, namun di kemudian hari mereka berupaya untuk memadukan unsur defamiliarisasi ke dalam bentuk karya sastra yang lain. Dalam kerutinan ajaran sehari-hari, persepsi kita dan respon kita akan realitas menjadi basi dan membosankan. Menurut kaum formalis, sifat kesastraan muncul s

Juragan Haji: Meraih Cerita Pendek yang Kaya Konflik

Cover Buku Juragan Haji  Judul Buku   : Juragan Haji Penulis           : Helvy Tiana Rosa Penerbit        : Gramedia Tahun            : Agustus, 2014 Tebal              : 188 Halaman M emang sudah tampak isi yang akan dicurahkan Helvy Tiana Rosa dalam buku ini. Tema islami akan terlintas pada benak calon pembaca sejak melihat sampul buku yang terpampang di toko. “Juragan Haji” merupakan judul kumpulan cerpen karya Helvy yang terbit di bulan Agustus 2014 lalu. Beliau memang sudah menjadi nama yang kondang dalam jagat sastra, terutama dalam mengangkat tema-tema islam kontemporer dan sosial. Segudang karya yang ditulisnya mendapat perhatian para pemerhati sastra Indonesia bahkan dunia. Selain itu, Helvy juga terbilang aktif dalam perkumpulan serta organisasi seni dan sastra.  Terlepas dari kegiatan dan keseriusan Helvy di dunia kesusastraan, kumpulan cerpen "Juragan Haji" memiliki daya tarik tersendiri. Beliau menyajikan bentuk cerpen sebagai pembelajaran d