Skip to main content

Pengalaman Membaca dan Cerita Buat Para Kekasih

Cover Buku Cerita Buat Para Kekasih
(agusnoorfiles.wordpress.com)

Ini adalah kali pertama saya membaca karya dari seorang Agus Noor. Walau namanya sudah tak lagi asing di jagat kesusastraan Indonesia, saya baru bisa membeli bukunya diakhir tahun 2014. Memang saya adalah pembaca gadungan yang cuma mengerti penulisnya saja, itupun Cuma sekedar nama. Ketika saya sempatkan waktu untuk berkunjung ke toko buku, salah satu buku dengan judul “Cerita Buat Para Kekasih” seakan menyihir saya. Sadar atau tidak tiba-tiba saya membawa buku itu ke kasir lalu membelinya. Padahal uang yang terpakai untuk membeli buku itu harusnya untuk membayar hutang makan di warung bu Siti selama seminggu. Ah, semua orang pasti punya hutang tapi belum tentu mempunyai buku. 

Sepulang dari keisengan di toko buku, warung bu Siti kembali jadi tempat favorit untuk memesan kopi dan mulai membaca. Tentu dengan jargon “Nanti tulis di catatan saja bu!”. Sampul putih dengan lukisan seorang wanita memang menarik. Penasaran, aku membuka dan mulai membaca buku ini. Dan ternyata, Agus Noor juga bakat jadi model! Beberapa fotonya cukup memberi angin segar setelah membaca cerita yang bisa di bilang sakit!

“Cerita Buat para Kekasih” menjadi judul yang pas untuk buku ini. Cerita yang ada di dalamnya memuat begitu banyak masalah. Ya, masalah percintaan yang di persoalkan oleh Agus Noor dalam buku ini ditulis dengan begitu kalem namun bernuansa kelam. Secara garis besar buku ini menceritakan permasalahan romantisme percintaan. Itu memang sesuai dengan judulnya. Tapi bumbu cerita yang di berikan Agus Noor menjadikan buku ini kaya akan rasa. Dalam hal ini, rasa sakit lebih dominan. 

Sakit dan sebuah pengalaman membaca

Bagaimana tidak, rasa sakit yang disuguhkan penulis begitu terasa dalam setiap cerita. Suasana thriller terbentuk dengan cara yang khas, seperti ketika jari-jari yang terpotong disajikan bersama jus mangga. Atau bagaimana mata seseorang dicongkel, sebuah kepala yang siap dikuliti serta tabrakan yang terjadi berulang-ulang.  Semua nuansa sakit tersebut merupakan simbol satu kekuatan cerita yang begitu kokoh, dan dipersiapkan agar menancap dalam-dalam pada benak pembaca. Pengalaman membaca yang sangat mengasyikan! 

Aroma horor juga terasa di beberapa cerita untuk para kekasih ini. Walau begitu, semua tidak terlepas dari judul buku. Kisah percintaan memang menjadi salah satu cara yang membuat hidup mempunyai banyak rasa. Seperti pedang, semua bisa terjadi sebagaimana kehendak pemiliknya. Begitupun cinta, tak selamanya itu indah. Mungkin begitu pesan yang hendak di sampaikan oleh Agus Noor. 

Pengalaman membaca merupakan hal yang diinginkan pembaca pada umumnya. Terlebih dalam karya Fiksi. Maka dari itu, novel atau karya sastra lainnya diakui kehebatannya karena pembaca memiliki kesan setelah membaca. Hal ini pula, yang menurut saya terjadi setelah membaca “Cerita Buat Para Kekasih”. Walau bumbu yang di taburkan untuk membuat bekas tersebut adalah rasa Sakit! Tapi buku ini sukses membuat pembaca awam seperti saya ngeri!

Selain kengerian yang begitu banyak bertebaran, Agus Noor juga menaburkan bumbu lain. Cerita satir tentang politik khas orde baru, jenaka serta konyol ada di sebagian cerita. Memang beberapa karya terbaik penulis beberapa bulan yang lalu juga tercetak di buku ini. Sebut saja Kunang-Kunang di Langit Jakarta, atau Matinya Seorang Demonstran memberi ruang senyum setelah membaca hal-hal yang sakit. Karena memang saya akui, cerpen tersebut apik dan epik bagi kesusastraan Indonesia. 

Agus Noor,
(http://www.djarumfoundation.org/images/foto/)
Agus Noor adalah seorang sastrawan yang namanya sudah lazim terdengar dalam perbincangan kesusastraan Indonesia. Walau baru kali ini saya membaca bukunya, setidaknya saya pernah mendengar namanya. Untuk pengalaman membaca karya Agus Noor pertama kali dan sebagai pembaca yang tidak baik, Cerita Buat Para Kekasih ini menjadikan saya mengenal Agus Noor dengan tidak baik. 

Comments

Popular posts from this blog

Once Upon a Time In America : Hembusan Kenangan Kelam Mafia

Walau saya baru tahu bahwa film ini sebenarnya berdurasi 269 menit (4 jam 29 menit), itu tak mengendurkan saya untuk mengagumi film ini.  Masih beruntung saya mendapatkan film dengan durasi 229 menit (3 Jam 49 menit),  karena ada yang lebih mengerikan jika dikaitkan sejarah editing film ini. Film Once Upon Time in America yang rilis di amerika pada tanggal 1 Juni 1984 hanya menyisakan durasi film 139 menit! Bisa di bayangkan betapa sakitnya sang sutradara Sergio Leone ketika melihat filmnya sendiri. Once Upon Time in America adalah film yang dapat membuat penonton mengkerutkan dahi mereka. Pasalnya banyak scene cukup membuat bingung, mungkin pengaruh proses cutting, atau saya yang kurang mengerti isi cerita film ini. Alur film non-kronologis (1920-1960), serta cerita lebih banyak di gambarkan dengan kilas balik. Film ini menceritakan kisah hidup Noodles (Scot Tiller-Robert De Niro) anak jalanan di Kawasan Manhattan yang berjuang bertahan hidup dengan jalan menjadi mafia. N

Sekilas Tentang Defamiliarisasi

Dengan meminjam konsep tentang seni dehabitualisasi, Suminto A Sayuti menegaskan kembali tentang fungsi seni. Fungsi seni adalah untuk men-dehabitulize persepsi kita, yakni untuk membuat objek tertentu hidup kembali (Suminto, 2008). Defamilairisasi adalah konsep dimana sastra merupakan bentuk pengecualian kepada kata-kata yang biasa pada umumnya. Defamiliarisasi merupakan lawan dari keakraban, berarti hal-hal yang asing. Bahasa pada sastra juga merupakan hasil kontruksi defamiliarisasi dari pengarangnya. Pada awalnya konsep defamiliarisasi digunakan oleh kaum formalis untuk mempertentangkan karya sastra dengan kehidupan atau kenyataan sehari-hari. Kecenderungan tersebut awalnya hanya digunakan dalam puisi saja, namun di kemudian hari mereka berupaya untuk memadukan unsur defamiliarisasi ke dalam bentuk karya sastra yang lain. Dalam kerutinan ajaran sehari-hari, persepsi kita dan respon kita akan realitas menjadi basi dan membosankan. Menurut kaum formalis, sifat kesastraan muncul s

Juragan Haji: Meraih Cerita Pendek yang Kaya Konflik

Cover Buku Juragan Haji  Judul Buku   : Juragan Haji Penulis           : Helvy Tiana Rosa Penerbit        : Gramedia Tahun            : Agustus, 2014 Tebal              : 188 Halaman M emang sudah tampak isi yang akan dicurahkan Helvy Tiana Rosa dalam buku ini. Tema islami akan terlintas pada benak calon pembaca sejak melihat sampul buku yang terpampang di toko. “Juragan Haji” merupakan judul kumpulan cerpen karya Helvy yang terbit di bulan Agustus 2014 lalu. Beliau memang sudah menjadi nama yang kondang dalam jagat sastra, terutama dalam mengangkat tema-tema islam kontemporer dan sosial. Segudang karya yang ditulisnya mendapat perhatian para pemerhati sastra Indonesia bahkan dunia. Selain itu, Helvy juga terbilang aktif dalam perkumpulan serta organisasi seni dan sastra.  Terlepas dari kegiatan dan keseriusan Helvy di dunia kesusastraan, kumpulan cerpen "Juragan Haji" memiliki daya tarik tersendiri. Beliau menyajikan bentuk cerpen sebagai pembelajaran d